Aktif sebagai narablog / blogger merupakan tantangan tersendiri di era Revolusi 4.0 yang serba dinamis. Di sepanjang tahun 2018, saya telah merasakannya dan jadi ketagihan! Bisa mendisiplinkan diri untuk menulis hal-hal yang disukai dengan lebih tertata, dan meraih prestasi dari beberapa kompetisi blog, cukup membanggakan bagi saya. Semua itu saya lakukan di sela aktivitas utama sebagai ibu dua anak sekaligus pekerja kantoran.
Apabila ada kompetisi blog yang temanya sesuai passion, pasti langsung saya ikuti. Kesan paling mendalam adalah saat mengikuti lomba blog bertema Rokok Harus Mahal yang diselenggarakan oleh Kantor Berita Radio (KBR), dan Kompetisi Menulis bertema Stop Mom War yang diselenggarakan Kumpulan Emak-Emak Blogger (KEB) bekerjasama dengan Penerbit Diva Press. Dibandingkan puluhan kompetisi lain yang saya ikuti, yang dua ini benar-benar tidak disangka akan menang!
Kedua tulisan yang diikutsertakan pada kompetisi tersebut bersumber dari pengalaman duka pribadi. Tulisan berjudul 3 Sebab Utama Perempuan Dukung Rokok Harus Mahal berhasil menyabet dua kali juara dalam satu rangkaian lomba blog. Satu kali di periode bulanan, satu kali di grand final. Jadi, tulisan yang menang di periode bulanan dinilai kembali di grand final.
Bisa dibilang, ini keberuntungan. Tidak sedikit narablog yang menulis berkali-kali di tiap periode tapi tidak mendapat juara. Sementara saya, satu kali menulis bisa juara di periode bulanan (Mei) sekaligus grand final (September). Saya menerima hadiah uang tunai dua kali, dan merasa tersanjung!
Tulisan double winner itu berkisah tentang pengalaman duka wafatnya ayah tercinta dan hubungannya dengan rokok. Menurut penilaian Dewan Juri, kekuatan tulisan saya adalah mengalir dan detil, serta memuat data plus saran yang relevan.
Lomba menulis Stop Mom War di pertengahan tahun 2018 juga sangat berkesan buat saya, karena 10 tulisan terbaik diterbitkan dalam bentuk buku. Termasuk di dalamnya adalah tulisan saya. Selain mendapat hadiah uang tunai, juga direkam jejak dalam buku berjudul sama : Stop Mom War. Tulisan saya yang terjaring sebagai salah satu tulisan terbaik ini berjudul Ibu Pembelajar Menjawab Tantangan Zaman. Isinya tentang pengalaman sebagai korban mom war dalam mengasuh anak bungsu dan solusi yang ditawarkan dalam menghadapinya.
Kedua tulisan yang membawa saya mengukir prestasi di dunia blogging tahun 2018 adalah hasil olahan dari pengalaman negatif yang pernah dirasakan. Dari situ, saya membuktikan benarlah adanya yang ditulis oleh Meta Wagner dalam bukunya What’s Your Creative Type, bahwa setiap orang sesungguhnya kreatif, tapi berbeda-beda tipe kreatifnya. Saya termasuk orang yang bisa dipicu untuk berkreasi dan berkarya setelah ditekan oleh pengalaman negatif atau menyakitkan. Dari sana, saya belajar positif melihat suatu kesedihan atau kesakitan karena yakin semua membawa kebahagiaan dalam versi tak terduga.
Sebagai narablog, saya punya keyakinan bahwa konten yang diunggah harus berkualitas. Pantang asal-asalan. Walau juga tak selalu harus menang. Buat apa menulis sesuatu yang hanya akan jadi sampah digital?
Sampah digital versi saya adalah semua jenis konten digital yang minim manfaat bagi warganet, yang umumnya berisi kalimat bualan, omong kosong, cercaan, ujaran kebencian, fitnah, cemoohan, kebohongan, dan cerminan perilaku negatif lainnya.
Narablog atau blogger punya peran strategis untuk memerangi sampah digital. Semakin sering, banyak, positif dan bermanfaat konten yang diunggah narablog, semakin besar kemungkinan untuk menggeser sampah digital ke tepi. Sebaliknya, semakin “ngasal” dan negatif konten yang diunggah narablog, akan serta merta membuat narablog jadi tokoh yang mengotori dan memenuhi dunia maya dengan sampah digital!
Pilih yang mana? Jadi narablog yang (1) giat memerangi sampah digital, atau justru (2) jadi tokoh yang “nyampah” di dunia maya? Jujur, saya ingin jadi yang pertama. Sebagai narablog, saya ingin bisa fokus pada satu hal ini di 2019: konsisten memerangi sampah digital. Yang artinya, harus menulis konten yang berkualitas terus menerus sesering mungkin! Cukup menantang!
Sudah waktunya saya bertransformasi dari blogger tradisional menjadi narablog 4.0 untuk bisa memerangi sampah digital di era Revolusi 4.0 kini. Kalau blogger tradisional hanya menulis dan mengunggah konten tanpa memperhatikan kolaborasi online-offline yang tepat, maka narablog 4.0 sebaliknya!
Narablog 4.0 adalah mereka yang terampil nulis di blog sekaligus menghidupkan kampanye positif di dunia nyata sesuai yang ditulisnya. Selain itu, narablog 4.0 memanfaatkan data, studi empiris, dan memperhatikan dinamika online-offline untuk meningkatkan bobot konten.
Kenapa sih harus perang anti sampah digital? Jawabnya sederhana. Supaya para warganet tetap sehat mentalnya. Terlalu banyak konten negatif bisa membuat mental warganet jadi sakit. Membaca konten negatif itu seperti menyerap racun. Tubuh dan pikiran jadi kontraproduktif! Padahal, setiap hari kita tak dapat lepas dari dunia digital.
Menghadapi situasi ini saya pun berpikir dan merasa, ingin melakukan sesuatu tapi tidak tahu apa. Sampai suatu saat, inspirasi itu mengemuka. Ketika membuka-buka file lama di komputer, saya menemukan pesan almarhum Bapak Nukman Luthfie, seorang pakar media sosial.
Pada 8 Juli 2010, Pak Nukman pernah datang sebagai narasumber untuk memberikan masukan bagi pengembangan media online atas undangan kantor tempat saya bekerja. Pada masa itu Pak Nukman menjabat sebagai CEO Virtual Consulting. Saya, kebetulan adalah salah satu anggota pengurus website perusahaan yang sedang berusaha melakukan pengembangan konten.
Satu pesan beliau yang tercatat di notulensi adalah, bahwa konten-konten negatif di dunia maya hanya dapat digeser dengan memperbanyak postingan konten positif. Upayakan jumlah konten positif jauh lebih banyak berlipat-lipat kali. Dengan sendirinya, konten positif itulah yang akan mendominasi.
Beberapa tahun kemudian melalui akun Instagram-nya di tahun 2018 sebelum wafat, Pak Nukman juga berpesan bahwa pahlawan era digital adalah mereka yang memenuhi dunia maya dengan konten positif. Secara sadar, inilah yang kemudian mendorong dan menginspirasi saya dalam mencari jalan memerangi sampah digital. Terima kasih Pak Nukman.
Baiklah, saya sudah bertekat untuk menjadi narablog 4.0 dan memerangi sampah digital secara konsisten di tahun 2019. Sekarang, bagaimana caranya? Ini tujuh cara yang bisa saya tawarkan:
1. Konsisten menulis sesuai passion dan bidang keahlian yang dikuasai sebanyak dan sesering mungkin
2. Selalu memilih sudut pandang positif dari kejadian atau tema negatif sekalipun
3. Say No to Impulsif Posting !
4. Pantang sekedar ikutan tren tanpa konsep yang jelas
5. Pamer prestasi? Boleh banget!
6. Perdalam seni mengolah curhat, sumpah serapah, hujatan, cemoohan menjadi konten yang bermanfaat untuk warganet
7. Jangan berhenti mendidik diri sendiri dan merefleksikannya ke seluruh penjuru dunia digital
Bahas satu-satu yuk!
1. Konsisten menulis sesuai passion dan bidang keahlian yang dikuasai sebanyak dan sesering mungkin
Menulis sesuatu yang dikuasai dengan baik akan membuat konten yang dihasilkan lebih berkualitas. Selain itu, membuat narablog yang menulisnya bisa enjoy karena menulis sesuatu yang disukai. Kenikmatan apa lagi yang didustakan selain dari menulis dengan nikmat dan hasilnya bermanfaat buat umat? Nah!
2. Selalu memilih sudut pandang positif dari kejadian atau tema negatif sekalipun
Akan lebih mudah menemukan sudut pandang positif setelah kita terimbas oleh hal negatif. Karena itu, jangan lekas marah saat mengalami kejadian yang negatif, dihina, dicerca, atau dicemooh, bahkan dihujat! Berbahagialah karena sudut pandang positif jadi lebih mudah ditemukan untuk diolah jadi konten positif yang bermanfaat buat orang lain. Cakep kan?
3. Say No to Impulsif Posting !
Memang era digital membuat orang jadi cenderung impulsif. Untuk sebuah konten yang berkualitas, jangan pandang remeh proses pengendapan konten meskipun hanya hitungan menit atau jam. Setelah konten usai ditulis, pantang langsung diposting. Endapkan dulu sejenak.
Baca ulang setelah proses pengendapan. Pasti deh, akan ada revisi di sana-sini yang akan menjadikan konten lebih sarat makna. Ingat, bahwa semua postingan di dunia maya akan menjadi rekam jejak. Lebih baik jeda sejenak tapi hasilnya manfaat daripada cepat-cepat tapi nyampah!
4. Pantang sekedar ikutan tren tanpa konsep yang jelas
Sebagai narablog, wajib punya konsep blog dan tulisan yang jelas, yang menjadi nafas utama dalam kegiatan menulis. Ini akan jadi sarana agar blogging lebih fokus, tidak asal ikutan tren, yang akhirnya kurang mendukung upaya memerangi sampah digital.
5. Pamer prestasi? Boleh banget!
Jadikan dunia digital sebagai tempat pamer prestasi, bukan pamer yang lain-lain. Ini juga pesan almarhum Pak Nukman Luthfie, yang selalu teringat. Saya pun terlecut menulis lebih baik setelah melihat sederetan prestasi para narablog terpampang di dunia digital! Contohnya narablog Adi Nugroho yang selalu memenangkan kejuaraan menulis secara konsisten. Yuk, penuhi konten digital dengan prestasi para narablog sebagai branding bahwa narablog itu berbuat dan bertindak lho!
6. Perdalam seni mengolah curhat, sumpah serapah, hujatan, cemoohan menjadi konten yang bermanfaat untuk warganet
Ini seni yang mungkin butuh waktu dan sensitivitas untuk diperdalam, namun wajib jadi prioritas untuk dipelajari. Kalau di dunia nyata kita bisa mengolah sampah jadi produk daur ulang yang bermanfaat, di dunia maya pun sebetulnya juga bisa. Sampah-sampah digital berupa hujatan dan sumpah serapah atau cemoohan bisa menjadi inspirasi atau ide yang selanjutnya diolah jadi konten bagus bermanfaat.
7. Jangan berhenti mendidik diri sendiri dan merefleksikannya ke seluruh penjuru dunia digital.
Mendidik diri sendiri untuk jadi narablog 4.0 yang keren bisa dicapai dengan cara lebih rajin baca buku, melakukan perjalanan, mengasah empati dengan mengamati lingkungan sekitar, dan tidak berhenti belajar dari dinamika online-offline di era digital. Untuk menghasilkan konten yang berkualitas, mutlak narablog harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tidak ada tawar menawar untuk ini.
Yuk, para narablog bergandengan tangan di era Revolusi 4.0 ini, untuk bersama-sama konsisten membanjiri dunia digital dengan konten keren, positif, dan bermanfaat bagi warganet. (Opi)
Apabila ada kompetisi blog yang temanya sesuai passion, pasti langsung saya ikuti. Kesan paling mendalam adalah saat mengikuti lomba blog bertema Rokok Harus Mahal yang diselenggarakan oleh Kantor Berita Radio (KBR), dan Kompetisi Menulis bertema Stop Mom War yang diselenggarakan Kumpulan Emak-Emak Blogger (KEB) bekerjasama dengan Penerbit Diva Press. Dibandingkan puluhan kompetisi lain yang saya ikuti, yang dua ini benar-benar tidak disangka akan menang!
Kedua tulisan yang diikutsertakan pada kompetisi tersebut bersumber dari pengalaman duka pribadi. Tulisan berjudul 3 Sebab Utama Perempuan Dukung Rokok Harus Mahal berhasil menyabet dua kali juara dalam satu rangkaian lomba blog. Satu kali di periode bulanan, satu kali di grand final. Jadi, tulisan yang menang di periode bulanan dinilai kembali di grand final.
Bisa dibilang, ini keberuntungan. Tidak sedikit narablog yang menulis berkali-kali di tiap periode tapi tidak mendapat juara. Sementara saya, satu kali menulis bisa juara di periode bulanan (Mei) sekaligus grand final (September). Saya menerima hadiah uang tunai dua kali, dan merasa tersanjung!
Momen spesial di tahun 2018 yang membuat saya semakin positif dalam menyikapi pengalaman duka atau sakit sebagai sumber inspirasi berkarya lewat tulisan |
Tulisan double winner itu berkisah tentang pengalaman duka wafatnya ayah tercinta dan hubungannya dengan rokok. Menurut penilaian Dewan Juri, kekuatan tulisan saya adalah mengalir dan detil, serta memuat data plus saran yang relevan.
Lomba menulis Stop Mom War di pertengahan tahun 2018 juga sangat berkesan buat saya, karena 10 tulisan terbaik diterbitkan dalam bentuk buku. Termasuk di dalamnya adalah tulisan saya. Selain mendapat hadiah uang tunai, juga direkam jejak dalam buku berjudul sama : Stop Mom War. Tulisan saya yang terjaring sebagai salah satu tulisan terbaik ini berjudul Ibu Pembelajar Menjawab Tantangan Zaman. Isinya tentang pengalaman sebagai korban mom war dalam mengasuh anak bungsu dan solusi yang ditawarkan dalam menghadapinya.
10 tulisan terbaik bertema Stop Mom War yang diterbitkan dalam bentuk buku di tahun 2018. Salah satunya adalah tulisan saya. Ini jadi momen spesial di 2018 dalam perjalanan aktivitas blogging |
Kedua tulisan yang membawa saya mengukir prestasi di dunia blogging tahun 2018 adalah hasil olahan dari pengalaman negatif yang pernah dirasakan. Dari situ, saya membuktikan benarlah adanya yang ditulis oleh Meta Wagner dalam bukunya What’s Your Creative Type, bahwa setiap orang sesungguhnya kreatif, tapi berbeda-beda tipe kreatifnya. Saya termasuk orang yang bisa dipicu untuk berkreasi dan berkarya setelah ditekan oleh pengalaman negatif atau menyakitkan. Dari sana, saya belajar positif melihat suatu kesedihan atau kesakitan karena yakin semua membawa kebahagiaan dalam versi tak terduga.
Sebagai narablog, saya punya keyakinan bahwa konten yang diunggah harus berkualitas. Pantang asal-asalan. Walau juga tak selalu harus menang. Buat apa menulis sesuatu yang hanya akan jadi sampah digital?
Sampah Digital
Sampah digital versi saya adalah semua jenis konten digital yang minim manfaat bagi warganet, yang umumnya berisi kalimat bualan, omong kosong, cercaan, ujaran kebencian, fitnah, cemoohan, kebohongan, dan cerminan perilaku negatif lainnya.
Narablog atau blogger punya peran strategis untuk memerangi sampah digital. Semakin sering, banyak, positif dan bermanfaat konten yang diunggah narablog, semakin besar kemungkinan untuk menggeser sampah digital ke tepi. Sebaliknya, semakin “ngasal” dan negatif konten yang diunggah narablog, akan serta merta membuat narablog jadi tokoh yang mengotori dan memenuhi dunia maya dengan sampah digital!
Pilih yang mana? Jadi narablog yang (1) giat memerangi sampah digital, atau justru (2) jadi tokoh yang “nyampah” di dunia maya? Jujur, saya ingin jadi yang pertama. Sebagai narablog, saya ingin bisa fokus pada satu hal ini di 2019: konsisten memerangi sampah digital. Yang artinya, harus menulis konten yang berkualitas terus menerus sesering mungkin! Cukup menantang!
Transformasi Narablog Tradisional Menjadi Narablog 4.0
Sudah waktunya saya bertransformasi dari blogger tradisional menjadi narablog 4.0 untuk bisa memerangi sampah digital di era Revolusi 4.0 kini. Kalau blogger tradisional hanya menulis dan mengunggah konten tanpa memperhatikan kolaborasi online-offline yang tepat, maka narablog 4.0 sebaliknya!
Narablog 4.0 adalah mereka yang terampil nulis di blog sekaligus menghidupkan kampanye positif di dunia nyata sesuai yang ditulisnya. Selain itu, narablog 4.0 memanfaatkan data, studi empiris, dan memperhatikan dinamika online-offline untuk meningkatkan bobot konten.
Kenapa sih harus perang anti sampah digital? Jawabnya sederhana. Supaya para warganet tetap sehat mentalnya. Terlalu banyak konten negatif bisa membuat mental warganet jadi sakit. Membaca konten negatif itu seperti menyerap racun. Tubuh dan pikiran jadi kontraproduktif! Padahal, setiap hari kita tak dapat lepas dari dunia digital.
Menghadapi situasi ini saya pun berpikir dan merasa, ingin melakukan sesuatu tapi tidak tahu apa. Sampai suatu saat, inspirasi itu mengemuka. Ketika membuka-buka file lama di komputer, saya menemukan pesan almarhum Bapak Nukman Luthfie, seorang pakar media sosial.
Pada 8 Juli 2010, Pak Nukman pernah datang sebagai narasumber untuk memberikan masukan bagi pengembangan media online atas undangan kantor tempat saya bekerja. Pada masa itu Pak Nukman menjabat sebagai CEO Virtual Consulting. Saya, kebetulan adalah salah satu anggota pengurus website perusahaan yang sedang berusaha melakukan pengembangan konten.
Pakar Media Sosial Bapak Nukman Luthfie (alm) yang pesan-pesannya menginspirasi saya |
Beberapa tahun kemudian melalui akun Instagram-nya di tahun 2018 sebelum wafat, Pak Nukman juga berpesan bahwa pahlawan era digital adalah mereka yang memenuhi dunia maya dengan konten positif. Secara sadar, inilah yang kemudian mendorong dan menginspirasi saya dalam mencari jalan memerangi sampah digital. Terima kasih Pak Nukman.
Cara Memerangi Sampah Digital Ala Narablog 4.0
Baiklah, saya sudah bertekat untuk menjadi narablog 4.0 dan memerangi sampah digital secara konsisten di tahun 2019. Sekarang, bagaimana caranya? Ini tujuh cara yang bisa saya tawarkan:
1. Konsisten menulis sesuai passion dan bidang keahlian yang dikuasai sebanyak dan sesering mungkin
2. Selalu memilih sudut pandang positif dari kejadian atau tema negatif sekalipun
3. Say No to Impulsif Posting !
4. Pantang sekedar ikutan tren tanpa konsep yang jelas
5. Pamer prestasi? Boleh banget!
6. Perdalam seni mengolah curhat, sumpah serapah, hujatan, cemoohan menjadi konten yang bermanfaat untuk warganet
7. Jangan berhenti mendidik diri sendiri dan merefleksikannya ke seluruh penjuru dunia digital
Bahas satu-satu yuk!
1. Konsisten menulis sesuai passion dan bidang keahlian yang dikuasai sebanyak dan sesering mungkin
Menulis sesuatu yang dikuasai dengan baik akan membuat konten yang dihasilkan lebih berkualitas. Selain itu, membuat narablog yang menulisnya bisa enjoy karena menulis sesuatu yang disukai. Kenikmatan apa lagi yang didustakan selain dari menulis dengan nikmat dan hasilnya bermanfaat buat umat? Nah!
2. Selalu memilih sudut pandang positif dari kejadian atau tema negatif sekalipun
Akan lebih mudah menemukan sudut pandang positif setelah kita terimbas oleh hal negatif. Karena itu, jangan lekas marah saat mengalami kejadian yang negatif, dihina, dicerca, atau dicemooh, bahkan dihujat! Berbahagialah karena sudut pandang positif jadi lebih mudah ditemukan untuk diolah jadi konten positif yang bermanfaat buat orang lain. Cakep kan?
3. Say No to Impulsif Posting !
Memang era digital membuat orang jadi cenderung impulsif. Untuk sebuah konten yang berkualitas, jangan pandang remeh proses pengendapan konten meskipun hanya hitungan menit atau jam. Setelah konten usai ditulis, pantang langsung diposting. Endapkan dulu sejenak.
Baca ulang setelah proses pengendapan. Pasti deh, akan ada revisi di sana-sini yang akan menjadikan konten lebih sarat makna. Ingat, bahwa semua postingan di dunia maya akan menjadi rekam jejak. Lebih baik jeda sejenak tapi hasilnya manfaat daripada cepat-cepat tapi nyampah!
4. Pantang sekedar ikutan tren tanpa konsep yang jelas
Sebagai narablog, wajib punya konsep blog dan tulisan yang jelas, yang menjadi nafas utama dalam kegiatan menulis. Ini akan jadi sarana agar blogging lebih fokus, tidak asal ikutan tren, yang akhirnya kurang mendukung upaya memerangi sampah digital.
5. Pamer prestasi? Boleh banget!
Jadikan dunia digital sebagai tempat pamer prestasi, bukan pamer yang lain-lain. Ini juga pesan almarhum Pak Nukman Luthfie, yang selalu teringat. Saya pun terlecut menulis lebih baik setelah melihat sederetan prestasi para narablog terpampang di dunia digital! Contohnya narablog Adi Nugroho yang selalu memenangkan kejuaraan menulis secara konsisten. Yuk, penuhi konten digital dengan prestasi para narablog sebagai branding bahwa narablog itu berbuat dan bertindak lho!
6. Perdalam seni mengolah curhat, sumpah serapah, hujatan, cemoohan menjadi konten yang bermanfaat untuk warganet
Ini seni yang mungkin butuh waktu dan sensitivitas untuk diperdalam, namun wajib jadi prioritas untuk dipelajari. Kalau di dunia nyata kita bisa mengolah sampah jadi produk daur ulang yang bermanfaat, di dunia maya pun sebetulnya juga bisa. Sampah-sampah digital berupa hujatan dan sumpah serapah atau cemoohan bisa menjadi inspirasi atau ide yang selanjutnya diolah jadi konten bagus bermanfaat.
7. Jangan berhenti mendidik diri sendiri dan merefleksikannya ke seluruh penjuru dunia digital.
Mendidik diri sendiri untuk jadi narablog 4.0 yang keren bisa dicapai dengan cara lebih rajin baca buku, melakukan perjalanan, mengasah empati dengan mengamati lingkungan sekitar, dan tidak berhenti belajar dari dinamika online-offline di era digital. Untuk menghasilkan konten yang berkualitas, mutlak narablog harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tidak ada tawar menawar untuk ini.
Yuk, para narablog bergandengan tangan di era Revolusi 4.0 ini, untuk bersama-sama konsisten membanjiri dunia digital dengan konten keren, positif, dan bermanfaat bagi warganet. (Opi)
Keren tulisannya Mbak. Menginspirasi. Semoga sukses ya, ngontesnya.
BalasHapusMatur suwun mba wid. Mohon bimbingan dan tuntunan selalu dari Master nih. Masih kurang konsisten says ni mba.... Sukses kibclong terus juga untuk mba wid idolaque
HapusMantab mba, semoga istiqomah ya...
BalasHapusaamiin...makasih mba bety... saya mau bisa nulis buku solo juga spt dirimu dan semakin semangat aamiin.....
Hapusmakasih sharingnya
BalasHapussama sama mba Tira.... senang bisa sharing
HapusHuwooo keren buangeettt mbaaa
BalasHapusAjang yg dihelat kak Nodi ini sungguh jadi trigger buat kita utk jadi bloger yg lebih baik!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
iya betul, saling memecut untuk bisa berkarya dan berbagi ya mba nurul.... and sharing positive vibes
Hapussetuju banget.
BalasHapusmeski masih belajar menulis di blog saya yang pembacanya juga masih minim, tapi saya tetap berusaha untuk menuliskan segala sesuatu yang bermanfaat.
informasi dalam blog saya sekaligus sebagai sedekah. insyaAllah
sama mba, saya malah kadang suka mikir ini yang saya tulis kayaknya ga ada yang baca deh huahahahaha.... tapi jadi mikir berikutnya untuk buat tulisan yang emang dibutuhin pembaca dan ternyata ga gampang yak!! yuk ah terus belajar , ngga ada ruginya juga kok
HapusBloger adalah penyebar virus positif, hehe. Memang sudah terlalu banyak konten negatif jadinya harus dilawan dengan hal-hal positif.
BalasHapussetujuh kakak Farid!! keep on doing
HapusBaca tulisan mbak saya baru paham bahwa ternyata saya masuk ke dalam memerangi sampah digital. Memang saya mengolah beberapa kejadian atau tulisan yang negatuf di akhir tulisan selalu saya sebutkan sisi positifnya atau hasil positifnya apa.
BalasHapuswow keren mba dita , ternyata bisa kan ya.... mantep mba
Hapussukaaaaa banget mbak. baca tulisan mbak bikin saya sadar bahwa jka benci ttg sesuatu tak perlu dihindari, tp hadapi dgn hal yang baik, *ehbenernggak ya. soalnya saya rada sebel sama fb karena isinya sampah digital kebanyakan. jadi saya hindari. padahal harusnya saya mulai dari diri sendiri dgn meramaikan beranda dgn konten2 positif ya. thanks mbak. salam kenal, Ghina
BalasHapuslhaaa kok sama ya mba... saya juga lihat FP itu kalau banyak konten negatifnya terutama dari politik, bikin males deh.... tapi itu sih gampang mba, tinggal diunfriend aja yg suka posting negatif... terus, kita bikin konten positif yang sebisa mungkin menginspirasi orang untuk berbuat dan berpikir positif juga. bisa kok mba... salam kenal juga mba ghina
HapusMasih belajar nih mbak untuk bisa jadi bagian memerangi sampah digital. Terutama masalah curhat di sosmed.
BalasHapusiyah kita sama sama ya mba.... perang jaman sekarang beda kan mba dengan jaman baheula.... perangnya pakai otak nih kita sekarang, mikir bikin konten positif untuk membanjiri dunia digital. ga jaman lagi perang pake bedil yak
HapusMakasih mbak, artikelnya sudah memberi saya inspirasi.
BalasHapusalhamdulillah.... sama-sama mba , semoga inspirasinya bisa dikembangkan sama mba dianisa dan ditularin juga ke yang lain yah mba...aamiin
HapusBernas, mbak. Ga rugi bacanya. Keep inspiring ya mbak.
BalasHapussip sip mba Diah. semoga bisa terus ON nih... makasih mba
Hapuswah setuju banget sama tulisannya kak, mari kita penuhi konten blog dengan hal yang positif2 hehe :)
BalasHapusWaah kakak keren. Kpn ya bs spt anda
BalasHapusSelamat mbak Opi atas juara2nya.. kereen..
BalasHapusmatur suwun Bro Topan yg jhuga cihuhi badai .
Hapus