Sejak bertugas di Kabupaten Karawang sebagai Wakil Kepala Kantor Cabang, saya diserang gatal-gatal sekujur tubuh tanpa diketahui sebabnya. Karena tidak tahan dengan rasa gatalnya, kadang tangan ini menggaruk hingga meninggalkan bekas. Belum hilang bekasnya, sudah gatal lagi. Jan mesakke**….. (= Betapa menyedihkan =Bahasa Jawa)
Sempat bingung juga sih, kenapa bisa gatal-gatal begini ya. Rasanya, standar kebersihan hidup saya tidak menurun selama tinggal di rumah dinas. Rumah yang saya tinggali sendirian ini cukup besar, bersebelahan dengan rumah Pak Kepala Kantor Cabang. Halaman depan dan belakang bisa dipakai main bola saking luasnya.
Pak Kepala pernah komentar, “Mungkin air di sini ngga cocok sama Bu Waka. Istri saya juga suka mengeluh begitu.” Di tempat tugas sehari-hari saya biasa disapa Bu Waka, kependekan dari Wakil Kepala.
Mungkin benar juga kata Pak Kepala. Bisa jadi alergi. Terduga pemicu alerginya adalah air. Ada juga teman yang bilang barangkali karena stress, akibat tinggal terpisah dari keluarga. Manifestasi stress bisa macam-macam, terutama ke kulit. Bisa jadi jerawat, gatal-gatal, ruam merah di kulit hingga psoriasis. Begitu imbuh teman saya.
Kisah gatal-gatal inilah yang membuat saya berkenalan dengan natural handmade soap. Waktu itu, sekitar Desember 2019, saya berinisiatif mengganti semua produk perawatan kulit wajah dan tubuh dengan produk antibakteri dan yang seminimal mungkin mengandung bahan pencetus alergi. Supaya, tidak memperparah keadaan kulit yang gatal dan luka berbekas ini.
Pilihan pun jatuh pada natural handmade soap buatan Ibu Vidrie, yang kebetulan tetangga dekat di Depok. Rumahnya hanya beberapa langkah dari tempat tinggal keluarga saya. Ibu tiga anak owner Rekta Natural Handmade Soap ini sudah terampil membuat berbagai macam sabun dari bahan alami. Ia bahkan membuka kelas untuk orang-orang yang mau belajar membuat sabun sendiri.
Saya sempat tertarik untuk belajar membuat sabun sendiri, dan Bu Vidrie pun siap membuka kelas privat untuk tetangganya ini. Tapi dipikir ulang, boro boro bikin sabun ya…. Saya ini masak menu sederhana saja sering malas (jangan dicontoh ya he he he ). Lebih suka baca buku, nulis-nulis, nyanyi-nyanyi atau sepedahan kalau punya waktu senggang.
Walhasil saya urungkan niat. Pasalnya, modal peralatan dan bahan untuk membuat sabun lumayan banyak dan berbiaya. Sayang kan kalau tidak lanjut dan konsisten membuat sabun secara rutin ke depannya.
Bicara soal sabun, pernah terpikir ngga sih sabun yang kita beli di toko itu terbuat dari apa?...
Sabun Buatan Pabrik (Sabun Komersil)
Pada prinsipnya sabun adalah campuran antara lemak/minyak (trigliserida) dan basa (alkali), yang terbentuk dari reaksi penyabunan atau saponifikasi. Untuk kepentingan pengguna, sabun dibuat dalam bentuk padat maupun cair.
Sabun komersil buatan pabrik yang beredar di pasaran beraneka ragam jenisnya. Biasanya sabun komersil mengandung surfaktan (penurun tegangan permukaan) yang juga berfungsi sebagai foaming agent (pembentuk busa) dan bersifat membersihkan. Dialah SLS (Sodium Lauryl Sulphate ) dan SLES ( Sodium Laureth Sulphate). SLS/SLES dibuat dari proses kimia dengan bahan dasar minyak kelapa sawit.
Hampir sebagian besar jenis sabun komersil mengandung SLS/SLES/atau komponen sulphate yang sama dengan nama berbeda. Jumlah kandungannya juga berbeda-beda. Makin tinggi konsentrasi kandungannya, maka makin banyak busa yang dihasilkan.
Cara kerja surfaktan adalah menurunkan tegangan permukaan air. Sehingga, kotoran dan minyak yang ada di tubuh lebih mudah dibersihkan dan diangkat.
Sejarahnya, SLS pertama kali digunakan sebagai pembersih peralatan dan kendaraan perang di era Perang Dunia kedua. SLS/ SLES dipilih untuk pembersih karena memiiki sifat kimia abrasif dan korosif (melunturkan atau mengelupaskan).
Kemudian, SLS mulai digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat dalam produk pembersih tubuh (sabun mandi, shampo, pasta gigi dll) dan pembersih rumah (deterjen). Tentunya tujuannya untuk meningkatkan daya pembersih kotoran.
Meskipun saya belum menemukan publikasi hasil riset khusus yang membuktikan bahaya SLS/SLES pada kulit manusia dalam jangka pendek dan panjang, namun dampak negatif SLS/SLES cukup terasa bagi kulit. Selain membuat kulit terasa lebih kering (mengerut), juga kadang menimbulkan iritasi pada mata dan kulit.
Hampir sebagian besar sabun komersil buatan pabrik juga mengandung paraben. Paraben (4-hydroxybenzoic acid ) adalah suatu senyawa kimia yang bersifat pengawet, berfungsi sebagai pencegah munculnya jamur dan bakteri dari sebuah produk sehingga kualitas produk tidak menurun seiring waktu penyimpanan. Beberapa jenis paraben yang sering terkandung dalam produk kosmetik termasuk sabun mandi antara lain methylparaben, propylparaben, dan butylparaben.
Berbagai sumber yang saya temukan melansir bahwa penggunaan produk perawatan kulit yang mengandung paraben (terutama methylparaben) dapat memicu kerusakan sel-sel kulit. Methylparaben yang dikenai ke kulit dapat menyebabkan gangguan proliferasi (perbanyakan) sel. Penggunaan sehari-hari dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi methylparaben. Sebab, senyawa ini tidak sepenuhnya dapat diolah oleh tubuh.
Sejak ditemukannya paraben pada sampel tumor payudara tahun 2004 oleh peneliti Inggris, pemakaian senyawa ini dalam kosmetika mulai dibatasi. Sang peneliti bernama Philippa Dabre, Ph.D menuliskan hasil penelitiannya berjudul Concentracion of Parabens in Human Breast Tumor dalam Journal of Applied Toxicology. Ngeri kan ya, paraben yang terakumulasi dalam tubuh dapat menjadi pencetus gangguan payudara.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatur tingkat kandungan paraben yang aman untuk produk kosmetik berada di angka 250 mg/Kg.
Natural Handmade Soap dan Perbedaannya dengan Sabun Komersil Buatan Pabrik
Natural Handmade Soap merupakan sabun yang dibuat dari minyak alami dicampur dengan alkali (basa) sebagaimana proses saponifikasi pada umumnya.
Bedanya dengan sabun buatan pabrik, natural handmade soap tidak mengandung surfaktan (SLS/SLES) dan pengawet (paraben), serta pengharum dari bahan kimia buatan.
Apakah karena tidak mengandung surfaktan lalu sabun ini jadi kurang daya pembersihnya?... Tidak juga. Sebab, tanpa surfaktan sebetulnya sabun secara umum sudah memiliki kemampuan membersihkan dengan wajar. Penambahan surfaktan yang bersifat abrasif korosif apalagi dalam konsentrasi yang lebih tinggi malah membuat kulit jadi lebih kering dan iritasi.
Bau harum dari natural handmade soap berasal dari aroma asli bahan-bahan natural pembentuknya. Percampuran bau minyak kelapa, minyak tamanu, minyak geranium, dan bahan lainnya akan menghasilkan aroma natural yang lembut samar-samar. Sedangkan sabun pabrikan biasanya ditambahkan esens pengharum buatan karena tuntutan harga produksi.
Berbeda dengan sabun buatan pabrik, natural handmade soap tidak tahan lama karena tidak mengandung paraben. Paling lama bertahan 6 bulan. Itu sebabnya, sabun ini tidak dapat diproduksi dalam jumlah banyak sekaligus sebagaimana sabun buatan pabrik. Para pengrajin sabun adalah pelaku usaha kecil atau menengah dengan pasar terbatas namun menyebar di berbagai tempat.
Ini 3 Sebab Beralih ke Natural Handmade Soap:
Tiga sebab yang membuat saya beralih dari sabun buatan pabrik ke natural handmade soap adalah aman untuk kulit, ramah lingkungan, dan membantu perputaran roda ekonomi usaha kecil menengah.
1. Aman untuk Kulit
Natural handmade soap aman untuk kulit, bahkan untuk kulit yang sensitif atau gatal gatal dengan luka garukan seperti yang saya alami. Sebab, sabun ini terbuat dari bahan-bahan alami. Minyak alami, pengharumnya juga alami dari essential oil, tanpa tambahan bahan kimia pengawet seperti paraben.
Mandi dengan natural handmade soap membuat kulit tetap lembut, tidak jadi kering, atau teriritasi. Bahkan, tidak perlu menggunakan body lotion lagi lho. Kulit tetap lembap dan bersih. Saya hanya menggunakan aloe vera gel untuk menghidrasi kulit.
Natural handmade soap juga tidak mengandung SLS/SLES. Itu sebabnya ketika digunakan tidak mengeluarkan banyak busa seperti sabun komersil buatan pabrik. Namun, daya bersihnya tidak berkurang. Terbukti sampai sekarang akhirnya saya terbebas dari masalah kulit gatal-gatal dan luka garukan, setelah menggunakan natural handmade soap sejak Desember 2019.
2. Ramah Lingkungan (Go Green)
Karena tidak mengandung SLS /SLES natural handmade soap tidak mencemari lingungan dengan limbah surfaktan berupa busa melimpah yang meracuni dan merusak ekosistem perairan.
Bayangkan sudah berapa banyak pencemaran terjadi akibat mengumpulnya limbah surfaktan dari detergen di muara sungai? Mau kita tambah lagi dengan limbah surfaktan dari sabun sabun lainnya?... Jangan ah.
Menggunakan natural handmade soap merupakan langkah kecil yang nyata untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Para ahli lingkungan memang menyarankan agar pabrik menggunakan green surfaktan (surfaktan ramah lingkungan), yaitu surfaktan non sulphate dalam produksi sabun. Namun, selama kita masih menemukan SLS/SLES dan golongan sulphate lainnya dalam kandungan sabun, apakah yang bisa kita lakukan sebagai konsumen untuk membantu mengurangi pencemaran lingkungan?... Ya, gunakan natural handmade soap.
3. Membantu perputaran roda ekonomi usaha kecil dan menengah
Natural handmade soap umumnya dibuat sendiri oleh para pengrajin sabun dengan nilai usaha yang jauh dibawah nilai usaha skala industri di pabrik. Para pengrajin sabun ini tersebar di berbagai wilayah dan menularkan ilmunya dalam kelas-kelas/workshop kepada para ibu rumah tangga ataupun pegiat lingkungan.
Tiga tahun terakhir saya mengamati di time line media sosial, banyak sekali muncul kegiatan pembuatan sabun dan kosmetika sendiri, sebagai bukti telah meluasnya virus “yuk bikin sabun sendiri”.
Dengan menggunakan natural handmade soap secara rutin, artinya kita sudah berkontribusi nyata untuk mendorong terus bergeraknya roda ekonomi usaha kecil menengah. Apalagi produknya berkualitas dan memiliki value yang tinggi untuk dikembangkan. Valuenya adalah back to nature and go green.
Sejak Desember 2019, saya pun akhirnya beralih ke natural handmade soap yang dibuat Ibu Vidrie, baik sabun untuk wajah maupun badan. Ia pasti mengabarkan jika akan membuat sabun, dan saya akan minta dibuatkan serta setia menunggu sampai sabunnya siap.
Untuk wajah saya akhirnya memilih sabun cair buatan Bu Vidrie yang mengandung Tamanu oil dan Geranium essential oil. Ini ada hubungannya dengan bekas-bekas luka garuk akibat gatal-gatal yang saya alami saat bertugas di Karawang. Setelah browsing sana-sini, saya meyakini kandungan Tamanu dan Geranium oil dalam sabun alami adalah jalan keluar untuk masalah kulit ini. Alhamdulillah, terbukti.
Tamanu oil merupakan minyak yang berasal dari pemurnian biji dan buah Callophyllum inophyllum L., atau dikenal dengan nama lokal Nyamplung. Hasil penelitian Rita Rakhmawati dkk (2019) menunjukkan bahwa minyak ini mengandung senyawa antibakteri dan antioksidan. Selain itu Tamanu oil juga potensial untuk meregenerasi sel, melembabkan kulit, anti aging, dan uv protector sehingga berpeluang besar dijadikan bahan sediaan kosmetik.
Riset Sawarni Hasibuan dkk (2013) menunjukkan bahwa minyak nyamplung mengandung komponen steroid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid serta memiliki efek antibakteri terhadap jenis bakteri Staphylococcus aureus.
Senyawa aktibakteri pada Tamanu Oil sangat bermanfaat jika digunakan pada kulit dengan luka garukan. Adanya luka bisa mengundang bakteri menginfeksi. Aktivitas bakteri ini dapat dihambat oleh kandungan steroid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid yang dimiliki Tamanu oil.
Karena bersifat antibakteri, Tamanu oil mampu mempercepat penyembuhan luka pada kulit, serta menstimulasi pertumbuhan sel kulit baru. Sehingga, ada efek meminimalisir tampilan bekas luka pada kulit.
Fungsi Geranium oil (dari batang dan daun tanaman Pelargonium graveolens) juga mirip dengan Tamanu oil. Geranium oil memiliki sifat terapeutik termasuk sebagai antidepresan, antiseptik dan penyembuh luka.
Komponen utama minyak ini termasuk alpha pinene, myrcene, limonene, menthone, linalool, geranyl acetate, citronellol, geraniol dan geranyl butyrate. Tak diragukan lagi, Geranium oil telah terkenal sebagai salah satu minyak terbaik untuk masalah kulit seperti kulit berminyak, eksim, dan dermatitis.
Hingga kini telah kembali bertugas di kantor pusat, saya setia menggunakan sabun buatan Bu Vidrie. Untuk badan, saya setia menggunakan natural handmade soap bentuk batang (padat) dengan macam-macam varian yang tersedia. Satu persatu dicoba dan semuanya cocok di kulit. Kulit tidak mengering, dan tetap terasa adem resik. Sekarang alhamdulillah bekas-bekas luka semakin memudar dan tidak pernah ada gatal-gatal lagi.
Rekta Natural Handmade Soap
Jika Anda juga tertarik untuk beralih ke sabun buatan sendiri, banyak alternatif merek yang bisa dicoba, salah satunya Rekta. Saya pribadi tidak maniak pada salah satu merek tertentu. Kalau saya setia menggunakan Rekta itu karena kemudahan saya mendapatkannya setiap kali butuh. Lha wong pengrajin sabunnya tetangga saya sendiri yang cuma beberapa langkah dari rumah.
Varian sabun batang yang disediakan Rekta beragam mulai dari yang mengandung kefir, oat, kopi, hingga lavender. Masing-masing varian memiliki kekhasan masing-masing. Namun nyaris cocok digunakan oleh siapa saja termasuk anak-anak, tapi tidak direkomendasikan untuk bayi ya. Harganya dibanderol Rp 30.000,- per batang dengan berat sekitar 110 gram.
Karena dipotong secara manual, bentuknya tidak seperti cetakan pabrik lho. Betul-betul alami seperti kue beku yang dipotong-potong.
Rekta juga mengeluarkan produk lain selain sabun mandi, yaitu sabun cuci tangan, sabun wajah, garam mandi (bathsalt), natural hand sanitizer, dan hampers yang berisi paket kombinasi jenis sabun. Monggo dilihat-lihat jenis produknya di akun IG @rektahandmade.soap.
Natural Handmade Soap, Mahal?
Banyak orang tidak terlalu tertarik menggunakan natural handmade soap secara rutin terus menerus karena dianggap mahal. Harga sebatang sabun buatan sendiri dengan berat sekitar 110 gram memang relatif lebih tinggi dibanding sabun batang buatan pabrik.
Namun, dengan value yang juga tinggi yaitu alami, ramah lingkungan dan penggerak ekonomi kerakyatan, menurut saya harga itu jadi worthed. Ibaratnya jika kita punya barang saja, kan pingin terawat, ngga cepet rusak, dan berfungsi optimal. Begitu juga tubuh dan bumi bukan? Ingin tubuh kita sehat terawat, bumi tempat kita berpijak juga terawat minim cemaran kan?... Dan jika usaha kecil maju, yang merasakan manfaat juga kan banyak orang. Bukan cuma segelintir orang kaya pemilik modal.
Jadi, tertarik beralih ke natural handmade soap?....... (Opi)
REFERENSI:
Asri Widyasanti, Shayana Junita, dan Sarifah Nurjanah. 2017. Pengaruh Konsentrasi Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) dan Minyak Jarak (Castor Oil) terhadap Sifat Fisikakimia dan Organoleptik Sabun Mandi Cair. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian. Vol. 09. No. 01. Tahun 2017. Dilansir pada laman online http://Jurnal.Unsyiah.ac.id/TIPI , diakses September 2020.
Rita Rakhmawati, Anif Nur Artanti, Elis Nur Afifah. 2019. Pengaruh Variasi Konsentrasi Tamanu Oil terhadap Uji Stabilitas Fisik Sediaan Body Lotion. Vol. 4 (2019) Prosiding APC (Annual Pharmacy Conference) diposting di laman https://jurnal.uns.ac.id/apc/article/view/35461/23050 diakses September 2020
Sawarni Hasibuan, Sahirman, Ni Made Ayu Yudawati. 2013. Karakteristik Fisikokimia dan Antibakteri Hasil Purifikasi Minyak Biji Nyamplung (Callophyllum inophyllum L.) dalam Agritech volume 33 Nomor 3. Agustus 2013.
https://sustaination.id/sodium-lauryl-sulphate-sls-sles-bahayakah/ diakses September 2020
https://www.thebodyshop.co.id/blog/bahaya-paraben-dalam-kosmetik
diakses September 2020
https://journal.sociolla.com/beauty/manfaat-tamanu-oil/ diakses September 2020
https://www.atsirich.com/99/15-manfaat-kegunaan-geranium-essential-oil-minyak-geranium/
diakses September 2020
Foto foto : pexels.com, koleksi IG @rektahandmade.soap dan IG @jepretankunyil, koleksi pribadi Opiardiani
Aku bbrp kali pake sabun handmade begini tp buatan salah satu temen blogger mba. Sbnrnya suka sih Ama sabunnya, dan memang enak di kulit. Tp kalo dia blm ada versi liquid. Sementara aku dari dulu LBH suka sabun liquid drpd batangan utk alasan LBH hygenis. Kalo sabun batangan, sekali udh jatuh ke lantai, aku ga akan pake lagi krn mikirnya udh terkontaminasi😂 . Aku jiji'an soal begitu. Tapi yg rekta ini ada liquidnya yaaaa. Naah aku seneng kalo ada.
BalasHapusAku ntr coba liat2 IG nya ah, tertarik Ama sabun yg liquid nya. Kalo soal harga aku dr dulu ga masalah Krn tau handmade selalunya memang LBH mahal. Tp kualitasnya juga ga asal2an. Lagi utk kulit , masa iya pake sabun yg di banderol murah byanget. Aku malah curiga Ama sabun gitu
iyah mba, memang lebih nyaman pakai yang liquid ya. betul banget kalau harganya terlalu murah jadi curiga apakah bahan-bahannya tidak berbahaya untuk kulit.
Hapus