Manajemen Risiko Ibu Kantoran

 


Manajemen risiko bukan hanya konsep bagi perusahaan besar, tetapi juga alat yang sangat relevan untuk kehidupan personal.  Bukankah kehidupan personal juga memiliki tujuan dan menghadapi risiko-risiko? Terutama bagi mereka yang berperan ganda sebagai ibu pekerja kantoran sekaligus pengelola rumah tangga.  Ibu karir yang hidupnya penuh risiko.

Bagi seorang ibu pekerja kantoran yang juga harus mengurus anak dan rumah tangga, tantangan yang dihadapi sangat beragam. Tidak hanya harus memenuhi tuntutan pekerjaan di kantor, seorang ibu juga harus memastikan keluarganya terurus dengan baik dengan support system yang terbangun.

Berbagai risiko yang dapat mengganggu keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi selalu muncul. Manajemen risiko dapat menjadi alat penting bagi ibu kantoran untuk mengidentifikasi dan mengelola potensi risiko, serta menjaga produktivitas dan kualitas hidup. 

Risiko yang Dihadapi Ibu Kantoran

Seorang ibu pekerja menghadapi berbagai risiko yang dapat mempengaruhi produktivitasnya baik di kantor maupun di rumah. Berikut adalah beberapa risiko yang paling umum:

Overload Pekerjaan dan Kelelahan. Beban kerja yang berat, baik di kantor maupun di rumah, dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Hal ini sering kali berujung pada burnout yang berdampak pada performa kerja dan hubungan dengan keluarga.

Kurangnya Waktu untuk Keluarga. Mengelola waktu di antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga bisa menjadi tantangan. Ibu pekerja sering kali merasa bersalah karena waktu bersama anak-anak dan keluarga seringkali tergerus oleh aktivitas bekerja kantoran dan lamanya waktu di jalan. Waktu yang 24 jam terasa selalu kurang.  Ada saja yang rasanya belum maksimal dilakukan dalam waktu yang tersedia. 

Risiko Kesehatan. Tekanan fisik dan mental yang terus menerus dapat berdampak pada kesehatan seorang ibu pekerja. Risiko penyakit seperti stres, gangguan tidur, hingga masalah kesehatan lainnya dapat meningkat.  Mental ibu pekerja kantoran lebih rentan terserang karena tuntutan pekerjaan sering membuat ibu lupa untuk sekedar bersenang-senang sejenak menikmati hidup.   

Pengabaian Kebutuhan Pribadi. Fokus yang terlalu besar pada pekerjaan dan keluarga dapat membuat ibu kantoran mengabaikan kebutuhan diri sendiri, seperti waktu istirahat, me-time, atau berolahraga.  

Pengelolaan Finansial. Mengelola keuangan keluarga dan biaya tambahan terkait anak, seperti pendidikan atau kesehatan, sering kali menjadi beban bagi ibu pekerja. Risiko ini bisa mempengaruhi stabilitas finansial rumah tangga. 

Implementasi Manajemen Risiko

Untuk menghadapi risiko-risiko di atas, seorang ibu kantoran bisa menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko, kemudian melakukan proses manajemen risiko.  

Prinsip Manajemen Risiko Menurut ISO 31000

ISO 31000 adalah standar internasional yang memberikan panduan tentang manajemen risiko yang berlaku untuk segala jenis organisasi. Standar ini dapat diadaptasi untuk berbagai konteks, termasuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk ibu pekerja kantoran yang ingin mengelola risiko terkait pekerjaan dan keluarga. Berikut adalah prinsip-prinsip utama manajemen risiko menurut ISO 31000:

1.  Menciptakan dan melindungi nilai  
Dalam konteks ibu pekerja kantoran, prinsip ini berarti bahwa manajemen risiko tidak hanya membantu menghindari kelelahan atau konflik antara pekerjaan dan keluarga, tetapi juga menciptakan nilai berupa:
  • Peningkatan keseimbangan hidup: Dengan manajemen waktu yang baik, ibu pekerja bisa lebih tenang dan produktif di kantor, sambil tetap hadir untuk keluarganya.
  • Pengelolaan stres yang lebih baik: Dengan mengidentifikasi sumber stres dan menerapkan strategi mitigasi, seorang ibu dapat menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, sehingga mampu berperan maksimal di berbagai aspek kehidupan.

Jadi, manajemen risiko membantu menciptakan nilai dengan meningkatkan kualitas hidup dan melindungi nilai dengan menjaga aset-aset penting (kesehatan, waktu, hubungan keluarga) tetap aman dari gangguan atau kerugian.

2.  Terintegrasi (Integrated
Manajemen risiko harus menjadi bagian tak terpisahkan dari semua proses organisasi, baik dalam perencanaan strategis maupun operasional. Dalam konteks ibu kantoran, ini berarti manajemen risiko harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari perencanaan hari kerja, aktivitas keluarga, hingga waktu pribadi.

3.  Terstruktur dan Komprehensif (Structured and Comprehensive)
Pendekatan yang terstruktur dan komprehensif diperlukan untuk memastikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan. Ibu pekerja kantoran perlu mendekati manajemen risiko secara sistematis, seperti dengan membuat daftar risiko utama yang dihadapi sehari-hari dan langkah mitigasi yang sesuai.

4.  Disesuaikan (Customized)
Manajemen risiko harus disesuaikan dengan tujuan, konteks, dan profil risiko dari organisasi atau individu. Untuk ibu pekerja, konteks ini bisa meliputi tantangan personal, profesional, dan kebutuhan rumah tangga. Strategi mitigasi risiko harus sesuai dengan prioritas dan situasi pribadi ibu tersebut.

5.  Inklusif (Inclusive)
Keterlibatan para pemangku kepentingan dalam proses manajemen risiko adalah hal yang penting. Dalam kehidupan seorang ibu kantoran, ini bisa berarti melibatkan pasangan, anak, atau anggota keluarga lainnya dalam mendiskusikan cara terbaik mengelola tanggung jawab bersama dan memitigasi risiko terkait.

6.  Dinamis (Dynamic)
Risiko terus berkembang seiring dengan perubahan lingkungan, kondisi, atau situasi. Oleh karena itu, manajemen risiko harus bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Sebagai contoh, risiko yang dihadapi ibu kantoran saat anaknya masih kecil mungkin berbeda dengan saat anak-anak sudah bersekolah.

7.  Berbasis Informasi Terbaik (Best Available Information)
Keputusan dalam manajemen risiko harus didasarkan pada informasi yang terbaik, baik itu bersumber dari data, pengalaman, atau analisis proaktif. Ibu kantoran bisa mengambil keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu, hasil riset, atau saran dari profesional terkait kesehatan, pendidikan anak, atau keuangan.

8.  Faktor Manusia dan Budaya (Human and Cultural Factors)
Budaya organisasi dan faktor manusia sangat mempengaruhi keberhasilan manajemen risiko. Dalam kehidupan sehari-hari ibu pekerja, nilai-nilai keluarga, kebiasaan, dan dinamika hubungan dengan orang di sekitar juga akan mempengaruhi bagaimana risiko dikelola.

9.  Peningkatan Berkelanjutan (Continual Improvement)
Manajemen risiko adalah proses yang terus berkembang dan harus selalu dievaluasi serta disempurnakan. Ibu pekerja kantoran perlu melakukan evaluasi secara rutin terhadap strategi mitigasi risiko yang telah diterapkan dan melakukan penyesuaian berdasarkan hasil evaluasi tersebut.


Proses Manajemen Risiko 

Proses manajemen risiko melibatkan beberapa tahap, yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi, serta pemantauan dan evaluasi.  Tidak lupa yang menyertai proses tersebut adalah komunikasi dan konsultasi.   Berikut penjelasan penerapannya:

  1. Identifikasi Risiko: Mengenali risiko-risiko yang mungkin memengaruhi pencapaian tujuan.
  2. Penilaian Risiko: Menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko tersebut.
  3. Pengendalian Risiko: Memilih langkah mitigasi yang tepat untuk mengurangi dampak atau kemungkinan terjadinya risiko.
  4. Pemantauan dan Review: Melakukan pengawasan terhadap efektivitas pengendalian risiko dan membuat perbaikan jika diperlukan.
  5. Komunikasi dan Konsultasi: Berkomunikasi dengan pihak-pihak yang relevan terkait langkah-langkah manajemen risiko yang telah diambil.

Bagaimana implementasinya dalam kehidupan ibu bekerja kantoran? Begini: 

Identifikasi Risiko. Ibu pekerja harus mulai dengan mengidentifikasi risiko yang paling relevan dengan kehidupannya, seperti kelelahan, konflik pekerjaan dan keluarga, atau risiko kesehatan. Setiap aspek kehidupan, baik di kantor maupun di rumah, harus dipetakan secara menyeluruh.  Dalam hal ini ibu harus jujur dan memperhatikan support system dalam keluarga yang sudah terbangun.  

Penilaian Risiko. Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai seberapa besar dampaknya. Misalnya, risiko kelelahan dapat menyebabkan performa kerja menurun dan menurunkan kualitas hubungan keluarga. Penilaian risiko bisa dilakukan dengan skala dampak dan kemungkinan terjadinya.

Mitigasi Risiko. Setelah risiko dinilai, strategi mitigasi perlu diterapkan. Beberapa cara mitigasi yang praktis bagi ibu pekerja antara lain:

  1. Delegasi Tugas: Delegasikan pekerjaan rumah tangga atau tugas-tugas kecil kepada anggota keluarga lainnya atau bantuan dari luar, seperti asisten rumah tangga.
  2. Manajemen Waktu: Buat prioritas yang jelas antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri. Gunakan tools manajemen waktu seperti to-do list atau aplikasi kalender.
  3. Berolahraga Secara Teratur: Jaga kesehatan fisik dan mental dengan menyisihkan waktu untuk berolahraga ringan setiap hari.
  4. Berbagi Peran dengan Pasangan: Jika memungkinkan, libatkan pasangan dalam tanggung jawab keluarga dan rumah tangga sehingga beban tidak sepenuhnya berada di pundak ibu.
  5. Mengatur Harapan Realistis: Tidak perlu menuntut diri sendiri untuk selalu sempurna di setiap aspek kehidupan. Penerimaan terhadap keadaan dan kemampuan diri sangat penting.                    
Pemantauan dan Evaluasi. Selalu evaluasi strategi yang telah diterapkan. Misalnya, apakah manajemen waktu sudah efektif? Apakah ada peningkatan kualitas hidup setelah melakukan delegasi tugas? Pemantauan ini akan membantu seorang ibu kantoran menyesuaikan strategi mitigasi sesuai dengan kondisi yang dinamis.

Komunikasi dan Konsultasi. Semua yang ibu lakukan dalam memanage risiko ini harus dikomunikasikan dan dikonsultasikan terutama dengan pasangan dan anak-anak sebagai support system utama. Pasangan dapat memberikan masukan atau membantu di bagian mana ibu membutuhkan bantuan lebih intens.  

Tips Praktis Mitigasi Risiko untuk Ibu Bekerja

  1. Buat Batasan Jelas antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi: Jika memungkinkan, tetapkan jam kerja yang jelas dan hindari membawa pekerjaan kantor ke rumah.
  2. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri: Carilah waktu untuk me-time, meski hanya 15 menit setiap hari, untuk melakukan hal-hal yang Anda nikmati, seperti membaca, meditasi, atau sekadar berjalan-jalan.
  3. Bicara dengan Atasan: Jika beban pekerjaan terlalu besar, jangan ragu untuk mendiskusikan opsi fleksibilitas waktu atau beban kerja dengan atasan.
  4. Gunakan Teknologi untuk Mengelola Waktu: Manfaatkan aplikasi pengelola tugas, kalender digital, atau pengingat untuk mengatur dan memprioritaskan tugas.
  5. Berdamai dengan Keadaan dan Tetap Produktif

Salah satu kunci bagi ibu kantoran untuk tetap produktif dan bahagia adalah berdamai dengan keadaan. Menyadari bahwa tidak semua hal bisa dilakukan secara sempurna adalah langkah awal untuk mengurangi stres. Manajemen risiko membantu ibu pekerja menyusun strategi yang tepat untuk mengelola setiap tantangan, sehingga mereka bisa menjaga keseimbangan dan tetap produktif di tempat kerja maupun di rumah.

Pada akhirnya, penerapan manajemen risiko tidak hanya bertujuan untuk mengurangi risiko, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan strategi yang tepat, ibu pekerja bisa menemukan keseimbangan antara karier, keluarga, dan diri sendiri, serta menjalani hidup dengan lebih bahagia dan sehat.

Mendekatlah ke garis keseimbangan, agar tercipta harmoni yang urtuh. (Opi) 

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih.